Jumat, 23 Oktober 2009

KISAH TSA'LABAH


Siang itu Rasululloh sedang sholat berjamaah bersama para sahabat beliau, Diantara sederetan sahabat yang makmum di belakang Rasululloh, nampak seorang tengah baya yang kusut rambutnya dengan berpakaian lusuh, Ia dikenal sebagai seorang sahabat Rasululloh yang tekun beribadah. Setelah Rosululloh menyelesaikan sholat, sahabat berpakian lusuh itu segera beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu, Rasululloh menegurnya, “ Tsa’labah!,mengapa engkau tergesa-gesa pulang. Tidakkah engakau berdoa terlebih dahulu. Bukanlah tergesa-gesa keluar dari mesdjid adalah kebiasaan orang-orang munafik..”

Tsa”labah. Menghentikan langkahnya, ia sangat malu ditegur oleh Rosululloh, tetapi apa mau dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rosululloh. “ Wahai Rosullloh, kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk sholat dan saat ini istriku di rumah belum melaksanakannya sholat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini, Pakaian yang hanya sepasang ini kami pergunakan sholat secara bergantian. Kami sangat miskin, untuk itu, Wahai Rosululloh. Jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Alloh menghilangkan semua kemiskinan kami ini dan memberi rezeki yang banyak.

Rosululloh tersenyum mendengar penuturan Tsa”labah, lalu beliau berkata,” Tsa”labah sahabatku, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih baik dari pada engkau bergelimangkan harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur. Nasehat Rasululloh sedikit menghibur hati Tsa”labah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah dia sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan, Satu-satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rosululloh, karena Doa seorang utusan Alloh pasti didengar Alloh, itulah yang selalu menjadi angan-angan Tsa’labah, hingga keesokan harinya ia kembali menemui Rosulullloh, dan memohon agar beliau mau mendoakannya agar menjadi orang kaya. Rosululloh kembali menasehati, “ Wahai Tsa’Labah. Demi Dzat diriku diriku berada ditanganNya, seandainya aku memohon kepada Alloh agar Gunung Uhud menjadi emas, Alloh pasti mengabulkannya, tetapi apa yang terjadi jika gunung uhud benar-benar menjadi emas, masdjid-masdjid akan sepi!. Semua orang akan sibuk memupuk kekayaan dari gunung itu, aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya engkau akan lupa beribadah kepada Alloh.

Tsa”labah terdiam mendengar nasehat Rosululloh namun dalam hatinya berkecamuk. “Aku mengerti Rosulullloh tidak mau mendo’akan karena beliau sayang kepadaku, beliau khawatir jika aku menjadi orang kaya aku akan menjadi golongan orang-orang yang khufur, tetapi aku tidak seburuk itu, justru dengan kekayaan yang aku miliki aku akan membela agama ini dengan hartaku. Akhirnya Tsa’labah pulang, ia merasa malu apabila terus memaksa Rosululloh agar mau mendo’akannya, namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang kian menghimpitnya, Ditemuinya Rosulullloh, ya memohon untuk yang ketiga kalinya aga Rosulullloh mau mendo’akan. Kali ini Rosululloh tidak bisa menolak keinginan Tsa’Labah, beliau menengadahkan tangan kelangit. Ya…ALLAH…limpahkanlah rejekiMU kepada Tsa’Labah”. Kemudian Rosululloh memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’Labah, ”Peliharalah kambing ini baik-baik….pesan Rasulullloh. Tsa’Labah pulang membawa kambing pemberian Rasulullloh dengan hati yang berbunga-bunga” Dengan modal kambing serta Do’a Rasululloh aku yakin aku akan menjadi orang yang kaya raya.

Hari-berganti hari, bulan berganti bulan Tsa’Labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang yang kaya yang terpandang, Kambingnya berjumlah ribuan, disetiap lembah dan bukit terdapat kambingnya Tsa’Labah. Pagi itu Tsa’Labah berjalan-jalan meninjau kandang-kandang kambing yang sudah tidak sesuai dengan jumlah kambing yang terus berkembang biak. “Hmmm. Aku harus pindah dari sini mencari lahan yang lebih luas untuk menampung kambing-kambingku. Akhirnya Tsa’Labah menemui lahan yang luas dipiggir Madinah. Disana ia membangun kandang-kandang baru yang lebih besar, Namun demikian perkembangan kambing-kambing Tsa’Labah bagaikan air bah yang sulit di bendung, kadang-kadang yang baru dibangun itu sudah penuh sesak oleh ribuan kambing, Dengan demikian Tsa’Labah setiap hari disibukkan terus dengn harta kekayaannnya, Ia yang dulu setiap Sholat lima waktu selalu berjamaah di masdjid sekarang datang kemasdjid hanya pada waktu sholat dhuhur dan ashar saja.

Kini kandang kambing yang baru dibangun Tsa’Labah di pinggin Madinah sudah tidak lagi memenuhi syarat, maka ia memutuskan untuk mencari area yang lebih luas lagi, tsa’Labah sudah tidak memikirkan lagi bagai mana ibadahnya bila jauh dari Madinah. Kepalanya sudah dipenuhi dengan hubbudhunya, sehingga ia datang kemasdjid hanya satu kali dalam satu minggu pada sholat Jum’at. Dengan demikian derasnya harta yang mengalir dirumah tsa’labah kini ia lebih senang tinggal dirumah dari pada jauh-jauh datang kemesdjid, bahkan sholat jum’at pun ia sudah takdatang lagi ke masdjid. Sampai Rosulullloh bertanya” Wahai sahabatku. sudah sekian lama Tsa’Labah tidak keliahatan di masdjid…taukan kalian kemana dan bagaimana keadaannya sekarang. “Wahai Rosulullloh. Tsa’ Labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di Madinah maupun di luar Madinah telah penuh sesak dengan kambing-kambingnya Tsa’Labah.” “ Benarkah.. mengapa ia tidak pernah menyerahkan Shodakahnya sedikitpun?”.

Setelah Alloh menurunkan ayat tentang kewajipan Zakat. Rosulullloh mengutus dua orang sahabat untuk menjadi amil zakat, seluruh umat islam di Madinah yang hartanya dipandang sudah Nisob zakat didatangi, tak terkecuali Ts’Labah pun menjadi giliran. Kedua utusan Rosulullloh membacakan ayat zakat dihadapat Tsa’Labah. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsa’Labah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak disangka Tsa’Labah mukanya berubah merah, ia berang. “Apa-apaan ini. Kalian mengatakan ini zakat tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!. Pajak!. Sejak kapan Rosulullloh menarik upeti Hah.!? Aku bisa rugi” ucap Tsa’Labah. “Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan hartaku ..!”

Kedua utusan Rosulullloh kembali menghadap Rosulullloh dan menceritakan semua perbuatan Tsa’Labah, beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sunggu celaka Tsa’Labah.. Celakalah ia..” Kemudian Allah menurunkan ayat 75 dalam surat At-Taubah tantang ciri-ciri orang MUNAFIK. Ayat ini segera menyebar keseluruh muslimin di Madinah sehingga ada salah seorang sahabat Tsa’Labah yang datang memberi tahunya. Celakalah engkau Tsa’Labah, Allah telah menurunkan ayat karena tingkah perbuatanmu. Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap Rosulullloh dengan membawa zakat dari seluruh hartanya, Namun Rosulullloh tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, Sebab kedurhakaanmu Allloh melarangku untuk menerima zakatmu.

Rosulullloh mengambil segenggam tanah lalu dutaburkan ditas kepala Tsa’Labah, “inilah perumpamaan amalanmu selama ini. sia- sia belaka. Aku telah perintahkan agar engkau menyerahkan zakat tetapi engkau menolak, celakalah engkau Tsa’ Labah”. Tsa’Labah kembali kerumahnya, dengan penyesalan yang tanpa batas dan tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar Rosulullloh telah wafat, ia semkin bersedih karena taubatnya tidak diterima oleh Rosulullloh hingga beliau wafat. Tsa’Labah mencoba mendatangi Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rosulullloh, ia datang membawa zakat. Abu Bakar hanya berkata “Rasulollloh saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin aku dapat menerima zakatmu.!”

Demikian pula dizaman kekholifahaan umar bin Khatab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakat, umarpun tidak mau menerima sebagai mana Rosulullloh dan Abu bakar tidak mau menerima zakatnya, Bahkan sampai kholifah usman bin Affan juga tidak mau menerima zakat Tsa’labah karena Rosulullloh, Abu Bakar dan Umar tidak mau menerima zakatnya.

Demikianlah kehidupan yang “hina” dan penuh dengan kemurkaan ALLOH telah menimpa seorang sahabat Rosulullloh yang telah tenggelam di dalam gelimang harta hingga menyeretnya ke lembah kemunafikan, Ia telah melalaikan kewajibannya. Ia telah mengingkari janji-janjinya, Ia telah melecehkan kemuliaan ALLOH dan Rosulnya sehingga membuahkan penderitaan yang kekal abadi didalam neraka. Nauszubillahi min dzalik

Selasa, 21 Juli 2009

Abdul Rahman bin Auf; Sosok Saudagar Nun Berjiwa Tegar dan Gagah Berani

Beliau adalah seorang sahabat yang mulia; Abdul Rahman bin Auf –semoga Allah meridloinya-, lahir pada 10 tahun sebelum tahun gajah, dan masuk Islam sebelum Rasulullah saw masuk ke Dar al-Arqam bin Abi Al-Arqam, beliau adalah salah seorang dari delapan sahabat yang pertama masuk Islam, salah seorang dari 5 sahabat yang masuk melalui Abu Bakar, dan salah seorang dari 10 sahabat yang di jamin masuk surg tanpa hisab, sebagaiman beliau juga merupakan salah seorang dari 6 sahabat yang dipilih oleh Umar untuk di calonkan menjadi khalifah, dan beliau adalah sahabat yang amat sangat kaya raya.

Suatu hari beliau jatuh pingsan kemudian setelah siuman dia berkata kepada orang yang ada disekelilngnya : “Apakah saya tadi pingsan” ? mereka menjawab : “benar”, beliau berkata lagi : “Sesungguhnya tadi telah datang kepada saya dua malaikat atau dua orang di dalamnya ada bengis dan keras, namun keduanya akhirnya pergi meninggalkan saya, kemudian datang lagi dua malaikat atau dua orang yang lebih lembut dan kasih dari dua orang tadi, lalu keduanya berkata : hendak kalian bawa kemana dia ? keduanya menjawab : kami akan menghukumnya dihadapan Dzat Yang Maha Perkasa dan Terpercaya. Beliau berkata : tinggalkanlah dia, karena dia adalah seorang yang telah ditentukan kebaikannya semenjak berada dalam perut ibunya.

Beliau pernah ikut hijrah ke Habsyah sebanyak dua kali, dan Rasulullah saw mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’, maka Sa’ad berkata kepada : saudaraku, saya adalah penduduk Madinah yang kaya raya, maka lihatlah setengah dari hartaku dan ambillah, dan saya memiliki dua Istri, dan lihatlah mana yang kamu suka sehingga saya nanti akan mentalaknya untukmu, namun Abdul rahman berkata : semoga Allah memberkatimu, keluargamu dan hartamu, namun tunjukkanlah kepada saya dimana pasar?! maka ditunjukkan kepadanya pasar, lalu dia membeli dan kemudian dijualnya kembali dan kemudian mendapatkan keuntungan yang banyak.

Beliau adalah seorang penunggang kuda yang lihai dan pemberani, seorang pejuang yang gagah, selalu ikut serta dalam perang Badr, Uhud, dan seluruh peperangan bersama Rasulullah saw, dan beliau ikut dalam perang Uhud hingga dapat melukai 21 orang, namun kakinya terkena senjata hingga jalannya menjadi tidak normal.

Rasulullah saw pernah mengutusnya dalam perang Daumatul Jundul, dan baliau memakaikan umamah (pengikat kepala khas arab) di kepalanya dan diselendangkan kain diantara dua ketiaknya, dan beliau berkata kepadanya : “Jika Allah memberikan kemenangan atas engkau maka nikahilah anak perempuan dari kalangan terhormat mereka”, maka Abdul Rahman pun mendatangi Daumatul Jundul dan menyeru mereka kepada Islam namun mereka menolaknya sebanyak tiga kali, kemudian setelah itu Al-Asba’ bin Tsa’labah Al-Kalbi, dan beliau sebagai orang terhormat dalam kaumnya, maka Abdul Rahman dinikahkan dengan putrinya yang bernama Tamdhir binti Al-Asba’, dan melaluinya lahirlah Abu Salmah bin Abdul Rahman. (Ibnu Hisyam).

Rasulullah saw pernah mendo’akan beliau, seperti sabdanya : “Ya Allah berikanlah kepada Abdul Rahman dengan minuman dari surga”. (Ahmad)

Beliau adalah seorang pedagang yang ulung, kaya raya, dan kebanyakan dari harta kekayaannya dihasilkan dari berniaga, sebagaimana beliau juga terkenal dengan kedemawanannya; selalu menginfakkan hartanya dijalan Allah, pernah dalam satu hari beliau memerdekakan 30 budak, dan menyedekahkan setengah dari hartanya dimasa Rasulullah saw masih hidup.

Dan beliau juga pernah menginfakkan uang sebesar 50 ribu dinar dijalan Allah, dan menginfakkan bagi siapa yang tersisa dari para pejuang perang Badr yang setiap orangnya mendapatkan uang sebesar 400 dinar, adapun jumlah mereka saat itu 100 orang semuanya mendapatkan jatahnya, dan menginfakkan 1000 kuda dijalan Allah.

Rasulullah saw sangat khawatir dengan kekayaan yang dimilkinya, beliau pernah bersabda kepadanya : “Wahai keturunan Auf, sesungguhnya kamu keturunan orang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali berat, sehingga Allah melepaskan kedua kakimu”. Abdul Rahman bertanya : “Apa yang harus saya lakukan wahai Rasulullah saw ? beliau menjawab : “Jibril telah datang kepada saya dan berkata : perintahkan kepadanya untuk menjamu tamunya, memberikan hartanya kepada yang miskin dan terkena musibah, dan memberi makan orang miskin”. (Al-Hakim), maka setelah itu Abdul Rahman melakukannya.

Walaupun Abdul Rahman bin Auf seorang yang kaya raya, namun keimanan beliau sangat kuat, cinta pada kebaikan dan tidak terpengaruh pada kehidupan dunia. Suatu hari belaiu membawa makanan untuk berbuka, saat itu beliau berpuasa, maka dia berkata : Mus’ab bin Umair telah terbunuh syahid sedang beliau lebih baik dari saya, lalu dikafani dengan baju miliknya, jika ditutup kepalanya kakinya terbuka, jika ditutup kakinya kepalanya akan tampak, dan dia berkata lagi : Hamzah telah terbunuh syahid, dan dia lebih baik dari saya, kemudian dihamparkan kepada kita seperti yang telah dihamparkan, dan kita telah diberikan darinya seperti apa yang diberikan, sungguh kami khawatir kebaikan yang kami perbuat mendahului kita, kemudian dia menangis lalu ditinggalkan makanannya.

Suatu hari Abdul Rahman menghidangkan kepada sebagian keluarganya makanan dari roti dan daging, ketika pinggan akan diletakkan dihadapannya beliau menangis, merekapun bertanya kepadanya : Apa yang membuat engkau menangis wahai Abu Muhammad ? beliau menjawab : “Rasulullah saw meninggal sedang beliau dan keluarganya tidak merasa kenyang dari roti yang terbuat dari sya’ir (sejenis gandum), dan kita mengkhiri perihal ini padahal beliau lebih baik dari kita.

Ketika Umar menjabat sebagai khalifah pada tahun 13 Hijriyah, beliau mengutus Abdul Rahman bin Auf untuk menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan kaum muslimin lainnya, dan ketika Umar bin Khattab tertikam, menjelang ajalnya beliau memilih enam orang dari sahabat Rasulullah saw agar siap dipilih manjdadi khalifah diantara mereka, dan Abdul Rahman termasuk di dalamnya, beliau memiliki pemikiran yang cemerlang, pelaku musyawarah yang cerdas dan cermat, ketika enam sahabat itu berkumpul, beliau berkata kepada yang lainnya : “Jadikanlah perkara kalian menjadi tiga orang, maka turunlah setelah itu (mengundurkan diri) tiga orang dari mereka, Az-Zubair bin Al-‘awwam, Tolhah bin Ubaidllah dan Sa’ad bin Abi Waqqash, dan sisa dari mereka antara lain Abdul Rahman bin Auf, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, lalu beliaupun berkata : siapa diantara kalian yang terbebas dari perkara ini, semoga Allah memberikan kebaikan bagi kalian, hendaknya jangan mengacuhkan dari sifat yang paling mulia dan terbaik dihadapan kaum muslimin, mereka berkata : iya memang benar. Kemudian Abdul Rahman memilih Utsman bin Affan untuk menjjadi khalifah dan membai’atnya, kemudian umat Islam lainnya membai’atnya dan seluruh kaum muslimin.

Beliau wafat pada tahun 31 Hijriyah, ada yang berpendapat tahun 32 Hijriyah, disaat Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah, dan dikebumikan di Al-Baqi.